Nurdin Halid TIDAK HARUS turun

Saya bukanlah penggemar NURDIN HALID, tulisan ini hanya bentuk keprihatinan melihat kisruh sepak bola Indonesia yang semakin tidak terkendali.

Adanya desakan supaya NURDIN HALID mundur dari pencalonan ketum PSSI dengan penggerakan massa dengan berbagai keliarannya mata mereka menyala-nyala, mulut mereka berteriak-teriak dengan bangga memaki-maki mengeluarkan kata-kata kotor, apakah itu cerminan dari kepribadian daerah yang mereka wakili? pastinya itu bukan kepribadian bangsa indonesia yang ramah.

Sebagai pribadi kuat NURDIN HALID jelas tidak harus melayani ekspresi haus kekuasaan itu karena itu bukanlah jawaban atas permasalahan sepakbola Indonesia, haus prestasi bangsa indonesia bisa dimaafkan terlebih tahun 2011 ini indonesia masuk dalam daftar negara gagal di dunia Ireng Putih tapi memperturutkan haus kekuasaan ini tidak akan ada habisnya.

Kekalahan timnas Indonesia 1-3 atas Turkmenistan tiba-tiba dijadikan kesalahan NURDIN HALID keseluruhan, sedang menjadi juara dua di seagames dan piala AFF dinafikan dan dianggap bukan apa-apa. Menyalahkan ketum suatu cabang olan raga karena satu kekalahan di lapangan jelas itu tidak adil. Kekalahan Taufik Hidayat atas atlit bulu tangkis malaysia baru-baru ini orang-orang tidak melihatnya sebagai kesalahan ketum PBSI, sekalipun antara PBSI dan PSSI dalam hal prestasi juga tidaklah mengalami peningkatan berarti seperti yang diharapkan bangsa indonesia.

Kekalahan tim di lapangan bukanlah bukanlah kesalahan ketum secara keseluruhan, tugas ketum adalah pembuat keputusan, merancang konsep program kerja, hingga tim bisa berprestasi. kegagalan menjalankan program di lapangan pertandingan oleh orang-orang lapangan tidak bisa ditimpakan utuh kepada ketum sebagai perancang program. Visi 2020 buatan NURDIN HALID mmembuatnya dikenal sebagai pimpinan visioner dikalangan FIFA. Visi 2020 itu banyak ditiru oleh negara maju sepakbolanya. visi 2020 itu juga menempatkan NURDIN HALID sebagai calon ketum AFF organisasi sepakbola asia di bawah naungan FIFA federasi sepakbola dunia.

Secara umum prestasi olah raga Indonesia pasca 1998 terus turun, turun dan turun jadi tidak adil kalau orang indonesia ngamuk-ngamuk untuk satu cabang olah raga saja padahal masih banyak cabang olah raga lain yang perlu diamuki. kalau dulu Indonesia peringkat pertama pada pesta olah raga Asia Tenggara seagames sudah jadi kebiasaan membosankan karena indonesia dulu untuk tingkat ASIA atau asian games pernah menjadi juara dua,..dan sekarang? tidak lagi jangankan peringkat pertama untuk masuk ke-3 besar itu sudah sangat jarang, dan ketika ditanya kepada menpora yg suka cengengesan, dan dari kader partai demokrat tentang terjun bebasnya prestasi olahraga indonesia itu maka jawabannya olah raga itu selalu berhubungan dengan pembinaan dari semua tingkat usia, butuh waktu 20-30 tahun untuk berprestasi. bukan seperti sulap hari ini berlatih besok sudah mengangkat medali emas.

Begitu juga halnya sepakbola yang butuh kesabaran untuk berproses. Nurdin Halid belum memimpin setengah dari waktu itu sangat tidak pantas kita membinatang-binatanginya karena sepakbola bukanlah abrakadabra, dan besoknya timnas sudah bisa mencium piala dunia.

Kisruh sepakbola indonesia sekarang lebih disebabkan oleh syahwat kekuasaan yang tidak terpenuhi, kesalahan sekecil apapun dicari-cari untuk menjatuhkan pengurus dan ketum olahraga bersangkutan.

si haus kekuasaan itu melibatkan media mendiskreditkan sepakbola dengan lebih menyorot perkelahian di luar stadion daripada pertandingan yang terjadi di lapangan sehingga terciptalah presepsi:
sepakbola indonesia = kerusuhan
sepakbola indonesia = bukan prestasi.
Kasus korupsi yang menjerat NURDIN HALID dijadikan alasan untuk menjegal NURDIN HALID jadi ketum PSSI. NURDIN HALID sudah masuk penjara karena kasus itu, itu berarti dia sudah membayar kesalahannya pada negara, dan tidaklah salah bila dia mendapatkan haknya untuk bermanfaat terhadap negaranya sesuai bidang yang dikuasai dan menjadi pretasi terbaiknya.

orang-orang tidak perlu mengatakan NURDIN HALID tidak tahu malu karena ingin mendapatkan hak bernegaranya terlebih dia didukung 81 daerah untuk menduduki ketum PSSI lagi,..justru yang dukungannya kecillah 18 atau 5 yang harus malu,..sudah dukungannya kecil mengerahkan massa lagi memacetkan jalan berdemostrasi di jalan,kurang tidak tahu malu apa coba?

NURDIN HALID awalnya dipilih dengan presepsi memilih pemimpin terbaik diantara yang buruk karena dari semua kontestan penggiat sepakbola Indonesia tidak ada lagi yang lebih baik di indonesia selain pilihan buruk itu, dengan kata lain menyerahkan kepemimpinan bukan kepada kepada NURDIN HALID yang punya banyak prestasi dikepemimpinan sepakbola indonesia biarpun dia dianggap sebagai terbaik diantara yang buruk itu sama saja melemparkan sepakbola indonesia kepada pemimpin yang lebih buruk.

iklim korupsi di Indonesia sangatlah subur di semua sektor, departemen agama bahkan pernah menempati urutan pertama sebagai departemen terkorup di indonesia. Menjadi pimpinan organisasi olahraga di indonesia rawan terjebak korupsi, hari ini nomor rekening bank anda kosong besoknya bisa terisi jutaan bahkan milyaran, dan besoknya lagi mungkin saja menjadi tersangka korupsi atau gratifikasi terlepas anda tahu atau tidak orang mengisi rekening bank anda itu. terpenjaranya seorang karena kasus korupsi atau gratifikasi bisa terjadi karena dua hal bisa karena pasang badan untuk melindungin yang lain atau karena dikorbankan dijadikan kambing hitam oleh rekan atau pimpinan, dimanakah posisi nurdin halid berada apakah pasang badan atau kambing hitam? sehingga sekalipun terjerat kasus korupsi tidak menyebabkan rekan-rekannya meninggalkannya.

kalau dituduh NURDIN HALID menyeret sepakbola Indonesia ke wilayah politik dan judi pertanyaannya adalah apakah di Indonesia ada cabang olah raga yang tidak tersentuh politik dan judi? bahkan di seluruh dunia di semua negara sepakbola itu saudara kembar politik dan judi. Siapa juga pemimpin di dunia ini yang bisa membersihkan olahraga dari politik dan judi?

NURDIN HALID tidak harus turun karena didemo satu-dua daerah di Indonesia karena di negeri ini presidennya pun di demo dimana-mana bahkan boleh dibilang presiden Indonesia adalah satu-satunya presiden di dunia didemo di setiap propinsi yang dikunjunginya, di negara kekuasaannya sendiri diusir dan disuruh turun,..kalau presiden negara lain diperlakukan seperti itu pasti sudah mati berdiri karena malu, untung presiden kita tidak punya rasa malu jadi tetap sehat berpidato setiap hari, menyemprotkan instruksi kiri-kanan.

Sepakbola indonesia tidak butuh revolusi yang dibutuhkan adalah dukungan pemerintah dan semua pihak hingga visi 2020 bisa berhasil seperti berhasilnya negara yang meniru visi 2020 konsep buatan NURDIN HALID itu.

NURDIN HALID memang bekas napi tapi semua tokoh-tokoh agama tidak pernah bersatu berkumpul untuk menyatakan dia sebagai,..PEMBOHONG!!
Comments
3 Comments

3 komentar:

nanankdezzahera 28 Februari 2011 pukul 19.43  

mas mbok disebutkan satu saja prestasi nurdin yang bikin indonesia bangga?

kita bangsa timur yang berbudaya dan bermartabat, kalau memang si nurdin legowo, harusnya dia mundur karena malu tak ada pencapaian apapun dlm kariernya memimpin PSSI. ditambah kasus korupsi??

pasang badan? jadi kambing hitam? ini lebih aneh lg skenarionya. anda jelas berbakat jadi penulis skenario mas.. lanjutkan!

dimana2 sumber uang selalu punya teman banyak. yg idealis disingkirkan. lihat kasus yg dialamatkan di lingkungan petinggi PSSI??

bergaul dengan tkg ikan akan kena amis, bergaul dgn penjual parfum akan terkena wangi!

agum gumelar satu periode gagal aja dia legowo gak mencalonkan lg.

dibilang nurdin dicalonkan org lain? bullshit! kemaren surat tanda dukungan untuk nurdin knp bisa sama? emg yg nyediain mereka sndiri2??

jangan munafik!

memilih yg terbaik diantara terburuk bagi saya jelas memilih orang yg bener2 terbukti track recordnya, meski bukan dari kalangan bola. setidaknya dia bersih!

sebego2nya orang, dengan mengangkat mantan koruptor secara tidak langsung mengamini budaya korupsi. meskipun dia udah mendapatkan hukumannya. guess what, kasus korupsinya gak cuma satu yaa.. kebukti kan kalo udah korup ya bakal korup lg. itupun yg ketahuan. boleh di googling..

nah masalahnya Indonesia terkenal negara korup, skrg ketum PSSI, lalu mungkin bisa saja presiden mantan koruptor. meski jelas2 kita udah pernah dipimpin koruptor. dan bung bangga dgn hal itu??

masih mau dukung nurdin??

sekali lg, vox populi vox dei. gak di dunia nyata, dunia maya pun telah muak dgn kebudegan nurdin dan kroni2nya. kami cinta sepakbola, kami cinta timnas, kami tidak rela kalo PSSI dihuni koruptor! kalo anda tuduh ada yg menggerakkan, anda boleh lihat sndiri. tanya semua penggila bola di Indonesia, brp banyak yg ingin nurdin turun ato sebaliknya.

coba maen ke kaskus.. disana forum maya terbesar di Indonesia. apakah mereka juga akan anda tuduh digerakkan oleh lawannya nurdin??

munafix 28 Februari 2011 pukul 22.30  

orang dengan moral korup seperti itu tidak pantas memimpin apapun. bayangkan setiap pengambilan keputusan PSSI ada ditangan manusia dengan mental korup akut dan sejarah suap seperti itu. bagaimana mungkin bisa maju sepakbola kita. kita butuh orang yg berhati bersih berlatar belakang bersih yg hanya memikirkan bagaimana memajukan sepakbola indonesia, tanpa mengusung kepentingan dari partai atau tanpa perasaan was was karena takut beban dosa2nya terlalu banyak.

Bawenang 2 Maret 2011 pukul 00.16  

Jangan fitnah bro dengan bilang yang ngerahin massa itu yang kalah sama NH. Emang bisa gitu ngerahin hampir seluruh suporter sepakbola di Indonesia? Satu dua daerah? Umm... Jakarta? Bandung? Surabaya? Bogor? Aceh? Semarang? Solo? Garut? Bojonegoro? Palembang? NTB? Riau? Samarinda? Jayapura? Sulsel? Sumut? Magelang? Palangkaraya? Malang? Satu dua ya? Terus kalo dibilang bayaran, emang butuh duit berapa buat ngebayar orang2 hampir se-Indonesia ini? Ga mungkin lah cukup pake duit yang dibuat ngebayar pendemo pro-PSSI yang Rp40.000,00 * 200 orang.

Coba mas berkunjung ke detik, kompas, kaskus, dll. Coba bandingkan berapa orang yang anti-PSSI dan pro-PSSI.

Posting Komentar

Arsip

Site Meter